AWAN
Pengertian, Proses Terbentuknya, Faktor-faktor Terbentuknya, dan Bentuk-bentuk Dasar Awan
PENGERTIAN AWAN
Awan adalah gumpalan uap
air dan kristal es yang terapung di atmosfir yang sangat kecil atau campuran
keduanya dengan konsentrasi berorde 100 per centimeter kubik dan mempunyai
radius sekitar 10 mikrometer. Ia kelihatan seperti asap berwarna putih atau
kelabu di langit. Awan merupakan massa yang dapat dilihat dari
tetesan air atau kristal beku tergantung
di atmosfer di atas permukaan bumi atau permukaan
planet lain. Awan juga massa terlihat yang tertarik oleh gravitasi,
seperti massa materi dalam ruang yang disebut awan antar bintang dan
nebula. Masalah awan biasanya dipelajari pada nephologi atau fisika awan yang
merupakan cabang dari meteorologi.
PROSES
TERBENTUKNYA AWAN
Secara sederhana, awan terbentuk
karena penguapan air yang berasal dari laut, danau, atau sungai.
Kemudian, uap air ini akan naik ke atas menjadi titik-titik air dan
terbentuklah awan. Berikut ini penjelasan lebih lanjut mengenai proses
kondensasi titik-titik air dalam pembentukan awan yang dikutip dari halaman web
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI).
1.
Udara yang bergerak ke atas akan
mengalami pendinginan secara adiabatik sehingga kelembaban nisbinya (RH) akan
bertambah.
Perubahan
RH terjadi karena adanya penambahan uap air oleh penguapan atau penurunan tekanan
uap jenuh melalui pendinginan.
Namun, sebelum RH
mencapai 100, yaitu sekitar 78 ondensasi telah dimulai pada inti kondensasi
yang lebih besar dan aktif. Inti kondensasi adalah partikel padat atau cair
berupa debu, asap, belerang dioksida, garam laut, atau benda mikroskopik
lainnya yang bersifat mudah menghisap dan melepaskan uap air (higroskopis)
dengan ukuran 10 mikrometer.
2.
Kemudian, ketika RH mendekati 100,
tetes air mulai berubah menjadi tetes awan. Hal ini dikarenakan uap air telah
digunakan oleh inti-inti yang lebih besar, sedangkan inti yang lebih kecil
kurang aktif berperan. Maka dari itu, volume tetes awan yang terbentuk jauh
lebih kecil dari jumlah inti kondensasi.
3.
Tetes awan yang sudah terbentuk
umumnya memiliki jari-jari 5-20 mm dan akan jatuh dengan kecepatan 0,01-5 cm/s.
Namun, kecepatan aliran udara ke atas jauh lebih besar sehingga tetes awan
tersebut tidak akan jatuh ke bumi dan tetap berada di atas.
FAKTOR2
TERBENTUKNYA AWAN
Adapun faktor yang memengaruhi
terbentuknya awan adalah sebagai berikut.
1. Suhu
udara
Salah satu faktor yang memengaruhi proses
pembentukan awan adalah naiknya suhu udara di daratan. Jika suhu daratan naik,
uap air akan terangkat ke atas lalu akan mengembang secara adiabatik untuk
selanjutnya berubah menjadi awan.
2.
Intensitas sinar Matahari
Semakin besar intensitas sinar Matahari
yang mengenai Bumi, semakin besar energi kalor yang dihasilkan. Akibatnya, suhu
akan meningkat.
3. Angin
Semakin kencang angin yang berhembus,
akan mempercepat proses penguapan. Akibatnya, awan lebih cepat terbentuk.
4.
Kelembapan udara
Udara lembap akan mempercepat proses
pembentukan awan. Hal itu karena udara lembap mengandung banyak uap air.
5. Tekanan
udara
Semakin besar perbedaan tekanan di
daratan dan di udara, semakin cepat awan terbentuk.
BENTUK - BENTUK DASAR AWAN
1.
Stratus
Stratus
berasal dari Bahasa Yunani yang artinya lapisan. Persebarannya merata secara
horizontal dan berlapis, sehingga kita sulit membedakan mana langit dan mana
awan.
2.
Cumulus
Dalam
bahasa Yunani, Cumulus artinya bertumpuk. Sesuai dengan namanya, awan Cumulus
berbentuk gumpalan kapas yang menumpuk. Pergerakan awan ini dapat terjadi
secara vertikal.
3.
Cirrus
Terakhir,
awan Cirrus. Masih berasal dari bahasa Yunani, Cirrus artinya serat atau
helaian rambut ikal. Dinamakan Cirrus karena terdiri dari kristal es yang
tergores oleh angin, sehingga menyerupai goresan halus dan berserat layaknya
rambut.
KLASIFIKASI JENIS AWAN BERDASARKAN KETINGGIANNYA
Dari tiga bentuk dasar awan yang sudah
disebutkan, terciptalah 10 jenis awan atau yang disebut sebagai genus.
Misalnya, awan yang berbentuk lembaran yang menggumpal, itu merupakan gabungan
dari awan Cumulus dan Stratus, sehingga diberi nama Stratocumulus.
Pada tahun 1894, Komisi Cuaca
Internasional mengklasifikasikan jenis awan menjadi 4 kelompok, yakni Awan
Rendah, Awan
Sedang, Awan
Tinggi, dan Awan
Vertikal. Contohnya dapat kamu lihat pada
gambar berikut ini:
1.
Awan Rendah
Adalah awan yang memiliki ketinggian
kurang dari 2 km dari permukaan tanah. Terbagi menjadi Stratus, Nimbostratus,
dan Stratokumulus.
·
Awan
Stratus (St)
Bentuk
awan stratus yaitu berlapis-lapis seperti kabut tipis. Bisa ditemukan di mana
saja dengan komposisi berupa kumpulan tetes air. Stratus menjadi pertanda cuaca
cerah, tetapi dapat berpotensi gerimis.
·
Awan
Nimbostratus / Nimbus (Ns)
Dalam
bahasa Yunani, ‘Nimbus’ berarti ‘menimbulkan hujan’. Awan ini berwarna abu-abu
gelap dan terlihat basah. Kalau kamu bertemu dengan awan Nimbostratus, tandanya
akan turun hujan atau salju tebal dalam jangka waktu yang lama.
·
Awan
Stratocumulus (Sc)
Awan
rendah yang terakhir yaitu Stratokumulus yang terdiri dari kumpulan tetesan
air. Bentuknya bergumpal dan bisa menyebabkan hujan ringan atau terkadang
salju.
2.
Awan Tengah atau Sedang
Adalah awan yang memiliki ketinggian 2 -
6 km dari permukaan tanah. Terbagi menjadi Altostratus dan Altokumulus.
·
Altostratus
(As)
Sekilas,
awan ini bentuknya seperti pita. Komposisinya berupa tetesan air dan kristal
es. Makanya, Altostratus berpotensi menghasilkan gerimis atau virga,
yaitu hujan yang tidak sampai jatuh ke tanah.
·
Altokumulus
(Ac)
Awan
Altokumulus berbentuk gumpalan-gumpalan kapas yang pipih. Bisa menyebabkan
hujan ringan meskipun frekuensinya sangat jarang. Komposisinya terdiri dari
tetesan air dan kristal es.
contoh awan altokumulus:
3.
Awan Tinggi
Adalah
awan yang memiliki ketinggian 6-12 km dari permukaan tanah. Terbagi
menjadi Cirrus, Cirrocumulus, dan Cirrostratus.
·
Cirrus
(Ci)
Cirrus
adalah awan yang komposisinya berupa kristal es yang tergores oleh angin.
Sehingga, bentuknya mengkilap dan sering kita temui pada siang hari. Tapi
tenang aja, awan ini tidak menimbulkan hujan atau salju.
·
Cirrocumulus
(Cc)
Sama
seperti Cirrus, Cirrocumulus tidak menyebabkan terjadinya hujan, namun
berpotensi menghasilkan salju pada kondisi tertentu. Terdiri atas kristal es
yang berbentuk gumpalan melingkar menyerupai sisik ikan.
·
Cirrostratus
(Cs)
Nah, kalau Cirrostratus berasal dari penyebaran dan penggabungan awan Cirrus. Bentuknya tipis dan sangat halus, serta tidak berpotensi hujan atau salju.
4.
Awan Vertikal
Adalah
awan yang bisa naik dan bentuknya terus berkembang. Awan vertikal dapat berada
di ketinggian rendah, sedang, dan tinggi.
·
Cumulus
(Cu)
Awan
yang bergerak secara vertikal berbentuk kubah atau menyerupai bunga kol dengan
lengkungan bulat. Awan Cumulus muncul pada pagi hari dan menghilang sebelum
malam tiba. Awan ini tidak menimbulkan hujan.
·
Cumulonimbus (Cb)
Awan
Cumolonimbus merupakan hasil perkembangan dari Awan Cumulus. Awan ini lebih
besar, tinggi, dan dapat mengandung listrik. Butiran air di dalamnya juga lebih
banyak. Awan Cumulonimbus menimbulkan badai dan hujat lebat yang disertai petir.
Contoh diatas merupakan bentuk-bentuk
awan yang umum kita jumpai, tapi sebenarnya masih banyak sekali kombinasi awan
yang dapat terbentuk karena berbagai faktor, seperti kondisi iklim dan cuaca
yang berbeda.
contoh awan cumulus:
Komentar
Posting Komentar