MORFOLOGI PULAU BALI, NUSA TENGGARA, DAN MALUKU


MORFOLOGI PULAU BALI, NUSA TENGGARA, DAN MALUKU
Pulau Bali
Pulau Bali terletak pada 7o54’LS-8o3’LS dan 114o26’BT-115o43’BT. Luas Pulau Bali adalah 5.621,3 km2. Iklim di Pulau Bali adalah jika di daerah pantai curah hujannya kurang dari 1500 mm tetapi semakin jauh dari pantai maka daerahnya juga akan memiliki curah hujan yang lebih tinggi. Daerah terkering berada pada sekitar Kintamani sedangkan yang memiliki curah hujan tinggi ada di sekitar danau-danau di tengah Pulau Bali di selatan Gunung Agung. Bulan basah di Pulau Bali terjadi pada bulan Januari, sedangkan bulan kering pada bulan Juli dan puncaknya pada bulan September.
Berdasarkan fisiografinya, Pulau Bali dapat dibagi menjadi lima bagian yaitu:
1.    Daerah Batu Gamping Barat
Ujung Pulau Bali di sebelah barat, yaitu di sekitar tempat penyeberangan Gilimanuk, merupakan daerah batu gamping. Daerah ini sekarang menjadi hutan tertutup (cagar alam) yang di dalamnya terdapat beberapa jenis binatang. Daerah ini juga merupakan salah satu dari daerah yang terkering. Umur daerah ini diperkirakan dari zaman kwarter. Pada dasarnya daerah ini adlah sabana dan air tanah sulit diperoleh.
2.    Daerah Endapan Aluvial
Daerah ini sebagian terdiri dari endapan dan sebagian lain terdiri dari lapukan bahan vulkanik muda. Endapan sungai pada umumnya terdapat pada ketinggian di bawah 100 m. Daerah fisiografi kedua ini merupakan daerah terlandai yang paling luas di Pulau Bali dan paling baik untuk pertanian.
3.    Daerah Batu Gamping Selatan
Daerah ini terletak di Pulau Bali bagian selatan, termasuk Pulau Nusa Penida. Hampir seluruh bahan pembentuknya terdiri dari lapisan batu gamping kwarter. Daerah ini juga merupakan daerah terkering di Pulau Bali. Sebagian besar hujan yang jatuh langsung masuk ke dalam lahan melalui celah-celah dan lubang-lubang yang memebentuk aliran sungai di bawah tanah menuju laut.
4.    Daerah Vulkanik Muda
Sebagian besar daerah pedalaman Pulau Bali tertutup oleh bahan-bahan vulkanik ini. Daerah vulkanik muda dapat di bagi menjadi:
a.       Bagian sebelah barat
Daerah ini banyak berlembah dan berbukit dan jarang terdapat tempat yang datar. Pada bagian barat ini terdapat banyak hutan dan lahannya masih jarang yang diusahakan.
b.      Bagian sebelah timur
Di daerah ini tempat landainya lebih banyak dari daerah sebelah barat. Masih terdapat gunung api yang aktif. Tekstur dan struktur tanah pada daerah ini juga sangat baik sehingga mudah untuk diusahakan sebagai lahan pertanian. Tanah pada daerah ini juga adalah akuifer yang baik. Di daerah vulkanik muda sebelah timur terdapat bagian-bagian yang mempunyai sifat sedikit berbeda yaitu:
·  Daerah Gunung Seraya, terletak di ujung timur Pulau Bali. Daerah ini berbatu dan kering, mungkin sebagai bekas lubang kepunden yang sudah runtuh.
·  Lembah Karangasem, daerah ini terletak di sebelah barat daya Gunung Sraya, yang merupakan depresi Karangasem sebagai pusatnya. Karena daerah ini mendapat rembesan air tanah yang keluar dari lapisan-lapisan tanah Gunung Agung maka sungai-sungai yang mengalir di depresi ini tidak kering pada musim kemarau.
·  Daerah Bukit Sideman, daerah ini terletak di seblah barat deprasi Karangasem, terdiri dari deretan bukit-bukit yang rendah. Gugusan bukit ini dapat disebut sebagai gugusan bukit Sideman yang terpisah dari Gunung Agung oleh sebuah pelana yang disebut pelana Sibetan. Lapisan-lapisan pada bukit ini terdiri dari lapisan breksi yang tidak baik sebagai akuifer. Semua aliran sungai yang berasal dari lapisan ini kering pada musim kemarau.
5.    Daerah Aluvial Pantai Utara
Daerah ini merupakan jalur aluvium yang sempit sebagai hasil dari endapan aliran-aliran yang mengalir ke utara(Pramono,Heru,2009:1-6) dalam Diktat Geomorfologi Indonesia.

GEOMORFOLOGI MALUKU

LUAS WILAYAH
Luas wilayah Provinsi Maluku adalah 712.479, 69 km2, dengan luas daratan 54.185 km2 (7,61%) dan luas lautannya 658.294,69 km2 (92,39%). Maluku memiliki gunung tertinggi adalah Gunung Binaya, 3055 m di Pulau Seram, Kabupaten Maluku Tengah, lalu G. Kapalatmada (2429 m) dan 113 sungai diantaranya 86 sungai besar (berair sepanjang tahun) serta 11 danau.
Luas total wilayah Provinsi Maluku Utara mencapai 140.255,32 km2. Sebagian besar merupakan wilayah perairan laut, yaitus eluas 106.977,32 km2 (76,27%). Sisanya seluas 33.278 km2 (23,73%) adalah daratan.
Secara topografis, luas daratan Maluku adalah 85.728 km2 memiliki bentuklahan dataran seluas 1.251.630 Ha (14,6%), berombak seluas 2.417.530 Ha (28,2%) serta bukit dan pegunungan seluas 4.903.640 Ha (57,2%).

MALUKU UTARA
Provinsi Maluku utara terdiri dari 395 pulau besar dan kecil. Pulau yang dihuni sebanyak 64 buah dan sisanya tak berpenghuni.
·         Pulau yang tergolong relative besara dalah Pulau Halmahera (18.000 km2)
·         Pulau yang ukurannya relative sedang yaitu Pulau Obi (3900 km2), Pulau Taliabu (3195 km2), Pulau Bacan (2878 km2), dan Pulau Morotai (2325 km2).
·         Pulau-pulau yang relatifkecil antara lain Pulau Ternate, Tidore, Makian, Kayoa, Gebe, dan  sebagainya.

Maluku Utara dibentuk oleh dua system punggungan yang memusat, yang satu membatasi Basin Sulawesi yang cembung ketimur (Sistem Sangihe), dan yang lain membatasi bagian tengah kelompok Halmahera yang cembung kebarat (Sistem Ternate).
Sistem Sangihe terdiri dari satuan-satuan berikut:
·         Palung-belakang (back deep): Basin Sulawesi
·         Busur dalam yang vulkanis: Punggungan Sangihe
·         Palung-antara (interdeep): Palung Sangihe – Gorontalo
·         Busur luar non vulkanis: Punggungan Talaud – Mayu
Sistem Ternate terdiri dari elemen-elemen berikut:
·         Palung belakang: bagian umumdari kelompok Halmahera, hanya sebagian yang tenggelam (Basin Halmahera)
·         Busur dalam yang vulkanis: Zona Ternate (ujung utara Halmahera, Hiri, Ternate, Tidore, Mare, Makian)
·         Palung antara: Palung Morotai – Ternate – Bacan
·         Busur luar non vulkanis: Punggungan Snellius – Mayu – Obi


BATAS PEMISAH MALUKU UTARA DAN MALUKU SELATAN
Batas pemisah antara Maluku Utara dan Maluku Selatan ialah sebuah punggungan yang arahnya timur – barat yang membujur dari lengan timur Sulawesi ke kepala burung di Irian, lewat Kepulauan Banggai, pulau-pulau Sula, Gomumu (sebelah selatan Obi dan Misool). Sumbu itu tenggelam di sebelah timur Mangole yang dalamnya ± 2000 m dan merupakan ambang pintu dari Selat Lifamatola yang memisahkan Basin Mangole dengan Basin Buru. Kemudian di sebelah selatan Obi Besar timbul lagi sebagai sebuah punggungan arah timur – barat yang merupakan PulauGomumu. Punggungan bawah laut yang sempit ini membentang lebih jauh kearah timur, merupakan batas antara basin kecil di selatan Tobalai (pulau kecil di sebelah timur Obi, -2080 m) dan bagian timur Basin Buru. Akhirnya punggungan itu muncul di sebelah timur membentuk Kepulauan Misool dan sebagai bagian tepilaut – dangkal Irian.
Ambang antara Maluku Utara dan Selatan dalam pandangan geotektonis merupakan batas pemisah antara Sistem Orogen Pasifik Barat dan Sistem Pegunungan Sunda, yang termasuk kedalam Geosynclinals Tethys.

MALUKU SELATAN ATAU BUSUR BANDA
Busur banda terletak pada ujung timur (bagian) dari sebuah system pegunungan besar dunia (Sistem Orogenesis/ Pegunungan Sunda) yang panjangnya di Indonesia kira-kira 7000 km. Basin Banda terdiri dari dua bagian, Basin Banda Utara terletak di antara Sulawesi dan Buru sedangkan Basin Banda Selatan di antara Batu Tara (sebelah utara Lomblen) di bagian barat dan Manuk di bagian timur. Busur-busur banda adalah sebuah pengangkatan geantiklinal dari kulit bumi, lebarnya 100-200 km. Tempat endapan-endapan geosinklinal telah diangkat menjadi rangkaian pegunungan dengan struktur yang sangat kompleks tetapi tanpa vulkanisme aktif (berbeda dengan susunan/ struktur vulkanis muda dari pulau-pulau busur dalam).


FISIOGRAFI MALUKU
Maluku terdiri dari dua wilayah fisiografi, yang pertama adalah lingkaran (busur) “dalam” Kepulauan Maluku dari Wetar, P. Roma, Kep. Damar (P. Damar, P. Teun, P. Nila, P. Serui) sampai Kepulauan Banda; kemudian di Maluku Utara, Pulau Tidore, Pulau Ternate, sampai dengan bagian utara dari Pulau Halmahera, yang sifatnya vulkanik.
Wilayah lainnya yang terdiri dari pulau-pulau yang lebih besar membentuk busur dari Kepulauan Leti, Kepulauan Babar, Kepulauan Tanimbar, Kepulauan Kai, Kepulauan Aru, Kepulauan Watubela, Kepulauan Gorong, Seram, Buru, Kepulauan Sula, Kepulauan Obi, Bacan, Halmahera Selatan Dan PulauMorotai, yang sifatnya non vulkanik.


Pulau Nusa Tenggara
Nusa Tenggara Bagian Barat
Struktur Geologi NTB. Kondisi geologi wilayah NTB dengan batuan tertua berumur Tersier dan yang termuda berumur Kuarter, didominasi oleh Batuan Gunungapi serta Aluvium (recent). Batuan Tersier di Pulau Lombok terdiri dari perselingan batupasir kuarsa, batulempung, breksi, lava, tufa dengan lensa-lensa batugamping, batu gamping dan dasit. Sedangkan di Pulau Sumbawa terdiri dari lava, breksi, tufa, andesit, batupasir tufaan, batulempung, dasit, tonalit, tufa dasitan, batugamping berlapis, batugamping tufaan dan lempung tufaan. Batuan Kuarter di Pulau Lombok terdiri dari perselingan breksi gampingan dan lava, breksi, lava, tufa, batuapung dan breksi lahar. Sedangkan di Pulau Sumbawa terdiri dari terumbu koral terangkat, epiklastik (konglomerat), hasil gunungapi tanah merah, gunungapi tua, gunungapi Sangeangapi, gunungapi Tambora, gunungapi muda dan batugamping koral. Aluvium dan endapan pantai cukup luas terdapat di Pulau Sumbawa dan Lombok.
Berdasarkan tatanan geologi Indonesia, Wilayah Nusa Tenggara Barat terletak pada pertemuan dua lempeng besar (Lempeng Hindia-Australia dan Lempeng Eurasia) yang berinteraksi dan saling berbenturan satu dengan yang lain. Batas kedua lempeng ini merupakan daerah yang sangat labil ditandai dengan munculnya tiga gunungapi aktif tipe A (Rinjani, Tambora dan Sangeangapi).
Struktur geologi yang kita jumpai di Jawa dapat ditelusuri sampai di pulau Flores. Hanya geantiklinalnya sebagian besar telah mengalami Tektonik Sekunder Dermal meluncur ke dasar laut di sebelah utaranya. Stutterhein (1922) mengemukakan bahwa berdasarkan sejarah Hindu, pulau Bali terpisah dari Pulau Jawa pada tahun 280M. Perluasan ke timur dari busur dalam vulkanis adalah rangkaian pulau-pulau Bali-Lombok-Sumbawa-Flores. Di setiap pulau tersebut dijumpai Zone-zone seperti di Jawa Timur misalnya zone Solo yang terisi vulkan kuarter menempati bagian utara Pulau Bali (G. Batur, G Agung), bagian utara pulau Lombok (G. Rinjani), mulai tidak nampak di Pulau Sumbawa karena geantiklinalnya tenggelam di dasar laut membentuk teluk Sholeh, di P. Flores bekas geantiklinalnya masih nampak Di pulau Komodo dan P. Rinca dan juga Teluk Maumere di Flores Timur. Busur luar non vulkanisnya berupa punggungan dasar laut sebelah selatan deretan pulau-pulau tersebut.
Menurut Umhgrove, pulau-pulau Nusa Tenggara Barat merupakan hasil pelipatan pada miosen, bersamaan dengan pembentukan geantiklin Jawa Selatan. Pelipatan pada miosen yang paling intensif terdapat diIrian dibagian utara kepala burung kemudian masuk ke bagian tengah Irian Jaya. Secara garis besar pulau-pulau di NTB dan NTT dapat dikelompokkan kedalam dua kelompok yang masing-masing mengarah dari timur ke barat Barisan Utara: terdiri dari P. Kambing, P. Alor, P. Pentar, P. Lomblen, P.Solor, P. Andonara, P. Flores, P. Rinca, P. Komodo, P. Sumba, P. Lombok, dan P.Bali. . Sedangkan barisan selatan terdiri dari : P. Timor, P. Semau, P. Roti, P. Sawu,P. Raijua, P. Dana. Diantara barisan utara dan selatan terdapat P. Sumba yangmenurut Van Bemmelen merupakan penghubung dua barisan tersebut.
Palung belakang (back deep)
Di sebelah timur flores, palung belakang dari kepulauan NTB dibentuk di bagian barat dari basin banda selatan. Di sebelah utara flores dan sumbawa terbentanag laut flores terdiri dari tiga bagian :
a. Laut flores laut barat adalah sebuah datran yang luas dan dangkal, yang menghubungkan lengan selatan sulawesi dengan dangkalan sunda.
b. Basin flores tengha terbentuk segitiga dengan punncaknya sebelah terletak di sebelah selatan vulkan lompobatang yang diduga ada hubungan walaanesia dari lengan selatan sulawesi sepanjang pantai utara flores merupakan bagian yang terdalam (-5140)
c. Sebelah timur flores terdiri dari pungungan dan palung diantanya selayar ( 3370) yang menghubunkan lengan selatan dengan punggungan batu utara.
Busur dalam
Busur dalam Nusa Tenggara merupakan kelanjutan dari Jawa menuju Busur Dalam Banda. Di Nusa Tenggara merupakan punggungan geantiklinal. Selat diantara pulau di bagian barat dangkal dan menjadi lebih dalam ke arah timur.
Fisiografi Sumbawa yang khas adalah adanya depresi yang memisahkan geantiklinal menjadi beberapa bagian, diantaranya berupa teluk di bagian timur. Teluk tersebut dipisahkan dari laut oleh pulau Mojo yang memberikan sifat khas dari depresi antar pegunungan pada puncak geantiklinal.
3. Palung Antara dengan Sumba
Palung ini berada di antara busur dalam volkanis Jawa-Bali-Lombok dan punggungan dasar laut sebelah selatan Jawa. Bagian terdalam terdapat di selatan Lombok, bercabang dua ke arah timur menjadi dua cabang yaitu sebelah utara dan selatan Sumba. Cabang-cabang ini merupakan penghubung antara palung sebelah selatan Jawa dan Basin Sawu antara Flores timur dan Roti. Lereng yang curam pada Wetar dan basin Sawu serta dasar laut yang datar menunjukkan adanya penurunan permukaan bumi. Sedangkan ujung timur dan baratnya dibatasi oleh pengangkatan seperti sembul (horst) di Kisar dan Sumba. Kedua pulau tersebut secara morfologis termasuk zone palung antara.
Busur Luar
Pulau-pulau di nusa tenggara yang termasuk busur luar adalah: Dana, Raijua, Sawu, Roti, Seman dan Timor. Punggungan dasar laut dari selatan Jawa muncul sampai 1200 m dibawah permukaan laut, selanjutnya turun ke arah timur sampai 4000 m. Palung antara tersebut sebagian terangkat. Selanjutnya sumbu geantiklinal itu naik lagi sampai ke pulau-pulau Sawu, Dana, Raijua, dan Sawu.
Pulau sawu mempunyai terumbu karang yang tingginya 300 m dpl dan mengelilingi pulau ini yang tersusun dari batuan pre-tertier. Punggungan dana-Raijua-Sawu serong terhadap punggungan Roti-Timor, dari tempat itu dipisahkan oleh selat Daong. Pulau Roti tersusun dari sedimen terlipat kuat dan tertutup oleh batu karang kuater yang tingginya 430 m dpl. Timor merupakan hasil geantiklinal yang lebar. Disamping itu terdapat depressi memanjang di puncaknya, melalui Teluk Kupang sampai perbatasan Timor Leste dan berakhir di muara sungai Lois. Palung Depan
Antar pulau Chrismast dan punggungan bawah laut di selatan Jawa terdapat cekungan dalam utama yang membujur arah timur-barat, kedalamannya 7450 m. Palung depan Jawa dari sistem pegunungan Sunda itu membentang ke arah timur. Sampai di Sumba kedalamannya berkurang dan di sebelah selatan Sawu melengkung ke timur laut sejajar dengan Timor. Sampai di pulau Roti dipisahkan oleh punggungan (1940 m) terhadap palung Timor. Palung di selatan Jawa itu di bagian selatan dibatasi oleh pengangkatan dasar laut yang tidak jelas batasnya melalui Pulau Chrismast menuju dasar laut yang dalamnya 3000-4000 m. bagian timur palung Timor ini dibatasi oleh dangkalan Australia atau dangkalan Sahul. Sumber : arman76234.mwb.im/morfologi-nusa-tenggara-barat.xhtml
Kepulauan Nusa Tenggara Pulau-pulau di Nusa Tenggara terletak pada dua jalur geantiklinal, yang merupakan perluasan busur Banda di sebelah barat. Geantiklinal yang membujur dari timur sampai pulau-pulau Romang, Wetar, Kambing, Alor, Pantar, Lomblen, Solor, Adonara, Flores, Rinca, Komodo, Sumbawa, Lombok dan Bali. Sedangkan dibagian selatan dibentuk oleh pulau-pulau Timor, Roti, Sawu, Raijua dan Dana. Punggungan geantiklinal tersebut bercabang di daerah Sawu. Salah satu cabangnya membentuk sebuah ambang yang turun ke laut melewati Raijua dan Dana, berakhir ke arah punggungan bawah laut di selatan Jawa. Cabang lain merupakan rantai penghubung dengan busur dalam yang melintasi daerah dekat Sunda.Daratan : 3 % Laut, Sungai, Danau : 1 % Vulkanik : 90 % Denudasional : 5 % Karst : 1 %
Peta Geomorfologi NTT Jalan Jalan Kolektor Jalan Lainnya Jalan arteri Sungai Sungai Anotasi Anotasi Hidrologi Daratan Geomorfologi Vulkanik Karst Dedudasional Fluvial Struktural Laut, Sungai, Danau Raster Citra RasterDaratan : 10 % Vulkanik : 36 % Karst : 6 % Struktural : 45 % Laut, Sungai, Danau : 3 %
 Palung Belakang Di sebelah timur Flores dibentuk oleh bagian barat basin Banda selatan. Di sebelah utara Flores dan Sumbawa terbentang laut Flores, yang dibedakan menjadi tiga bagian, yaitu: 1) Laut Flores Barat laut, berupa dataran (platform) yang luas dan dangkal, yang menghubungkan lengan selatan Sulawesi dengan dangkalan Sunda. 2) Basin Flores Tengah, berbentuk segitiga dengan puncak terletak di sebelah selatan volkan Lompobatang, yang berhubungan dengan depresi Walanae. Sedangkan dasarnya terletak di sepanjang pantai utara Flores, yang merupakan bagian terdalam (-5140). 3) Laut Flores Timur terdiri dari punggungan dan palung diantaranya, yang menghubungkan lengan selatan Sulawesi dengan punggungan bawah laut Batu Tara.
Busur Dalam Busur dalam Nusa Tenggara merupakan kelanjutan dari Jawa menuju Busur Dalam Banda. Di Nusa Tenggara merupakan punggungan geantiklinal. Selat diantara pulau di bagian barat dangkal dan menjadi lebih dalam ke arah timur. Fisiografi Sumbawa yang khas adalah adanya depresi yang memisahkan geantiklinal menjadi beberapa bagian, diantaranya berupa teluk di bagian timur. Teluk tersebut dipisahkan dari laut oleh pulau Mojo yang memberikan sifat khas dari depresi antar pegunungan pada puncak geantiklinal.
Palung Antara dengan Sumba Palung ini berada di antara busur dalam volkanis Jawa-Bali-Lombok dan punggungan dasar laut sebelah selatan Jawa. Bagian terdalam terdapat di selatan Lombok, bercabang dua ke arah timur menjadi dua cabang yaitu sebelah utara dan selatan Sumba. Cabangcabang ini merupakan penghubung antara palung sebelah selatan Jawa dan Basin Sawu antara Flores timur dan Roti. d) Busur Luar Pulau-pulau di nusa tenggara yang termasuk busur luar adalah: Dana, Raijua, Sawu, Roti, Seman dan Timor. Punggungan dasar laut dari selatan Jawa muncul sampai 1200 m dibawah permukaan laut, selanjutnya turun ke arah timur sampai 4000 m. Palung antara tersebut sebagian terangkat. Selanjutnya sumbu geantiklinal itu naik lagi sampai ke pulau-pulau Sawu, Dana, Raijua, dan Sawu.
Palung Depan Palung depan Jawa dari sistem pegunungan Sunda itu membentang ke arah timur. Sampai di Sumba kedalamannya berkurang dan di sebelah selatan Sawu melengkung ke timur laut sejajar dengan Timor. Sampai di pulau Roti dipisahkan oleh punggungan (1940 m) terhadap palung Timor.

Komentar

Postingan Populer