Metode apung
LAPORAN
PRAKTIKUM LAPANGAN GEOGRAFI 1 “HIDROLOGI”
KELOMPOK
2
I.
TUJUAN
1. Mengetahui
debit sungai menggunakan metode apung
2. Mengetahui
interface daerah pesisir
3. Mengetahui
estimasi debit aliran air tanah dan arah air tanah
4. Mengetahui
ketersediaan dan hasil aman air tanah
II. DASAR
TEORI
A. MENGETAHUI
DEBIT SUNGAI MENGGUNAKAN METODE APUNG
Menurut Seyhan ()Pengukuran
global kecepatan aliran dilakukan dengan mengukur waktu pelampung melewati
jarak yang terukur. Pelampung digunakan bila pengukuran dengan pengukur arus
tidak dapat dilakukan (karena sampah, ketidakmungkinan melintasi sungai,bila
pengukuran membahayakan karena banjir yang sangat tinggi maupun pada kecepatan
yang sangat rendah).
Menurut
Sulistiyono dkk () debit aliran sungai adalah volume air sungai yang
mengalir dalam satuan waktu tertentu. Debit air sungai adalah tinggi permukaan
air sungai yang terukur oleh alat ukur permukaan air sungai. Dalam system
satuan SI besarnya debit dinyatakan dalam satuan meter kubik per detik
(m3/dtk).
Menurut
Asdak (2014: 190) debit aliran atau aliran sungai merrupakan informasi yang
paling penting bagi pengelola sumber dasa air. Debit puncak (banjir) diperlukan
umtuk merancang bangunan pengendali banjir. Sementara data debit aliran kecil
diperlukan untuk perencanaan alokasi (pemanfaatan) air untuk berbagia macam
keperluan, terutama pada musim kemarau
panjang. Debit aliran rata-rata tahunan dapat memberikan gambaran potensi
sumberdaya air yang dapat dimafaatkan dari suatu daerah aliran sungai.
B. MENENTUKAN LETAK INTERFACE AKUIFER PESISIR
Ada tiga tipe akuifer
yaitu(Seyhan,):
1. Akuifer
tidak tertekan yaitu akuifer ini sering disebut juga freatik atau non-artessis,
batas-batasnya adalah muka air tanah. Kelengkungan dan kedalaman muka air tanah
beragam tergantung pada kondisis-kondisi permukaan, luas pengisian kembali,
debit, pemompaan dari sumur, permeabilitas, dan lain-lain.
2. Akifer
tertekan sering disebut juga akifer artesis atau akifer tertekan di mana air
tanah tertutup dua strata yang relatif kedap air. Air ada di bawah tekanan dan
bagian atasnya dibatasi oleh permukaan piezometrik.
Jika suatu sumur dimasukkandalam akifer ini, aras akan naik sampai atas piezometrik dan akan membentuk suatu
sumur yang mengalir. Kawasan yang memasok air ke akifer tertekan disebut daerah
pengisian kembali.
3. Akifer
melayang yaitu merupakan kasus khusus dari akifer tak terbatas yang terjadi di
mana tubuh air tanah dipisah dari tubuh utama air tanah oleh stratum yang
relatif kedap air dengan luas yang kecil. Lensa-lensa liat pada deposit sedimen
mempunyai tubuh air dangkal yang melapisinya.
4. Akifer
semi-tertekan yaitu merupakan kasus khusus akifer bertekanan yang dibatasi oleh
lapisan-lapisan semi-permiabelGerakan air tanah:
Sebagai hasil dari cara bahan-bahan
diendapkan semula, sistem-sistem akifer hampir tidak pernah seragam dalam
ciri-ciri hidroliknya. Bahkan bila struktur geologi sistem akifer diketahui,
detil gerakan air di dalamnya sulit untuk diketahui. Banyak detil gerakan air
tanah masih jauh dari jelas.
Tetapi,
proses umum gerakan air tanah, sangatlah sederhana, suatu gerakan yang didorong
oleh gaya berat, ditahan oleh gesekan cairan pada medium yang poreus. Bila kita
bawa prinsip yang sederhana itu pada perlakuan matematis dari aliran air tanah,
asumsi-asumsi dan generalisasi tertentu harus dilakukan. Beberapa dari asumsi
itu adalah (Dam,1966 dalam Seyhan,):
1. Akifer
haruslah homogen dan isotropik(permeabilitas dalam arah x, y dan z adalah
sama).
2. Lapisan-lapisan
semi-tembus mempunyai ketahanan hidrolik yang seragam.
3. Koefisien
permeabilitas merupakan invarian waktu (tergantung waktu).
4. Transmisibilitas
suatu akifer bebas adalah konstan.
5. Koefisien
cadangan/simpanan adalah konstanta.
6. Pelepasan
air dari cadangan adalah seketika.
7. Minatakt
akifer dapat diabaikan.
Dengan
menggunakan kriteria ini, aliran air tanah untuk keadaan tunak(nilai-nilia
konstan dengan waktu pada titik yang berbeda pada akifer-stasioner) tak
tertekan(kerapatan air tetap konstan)ndiperlakuakan secara tematik.
Kemudahan-kemudahan percobaan ini dapat dilakukan pada air yang mengalir dengan
laju Q(m3/detik)bmelalui media poreus dalam silinder luas A irisan
melintang.
C. MEMPREDIKSI
ARAH ALIRAN AIR TANAH DENGAN METODE “THREE POINT PROBLEM”
Perbedaan
kelembaban total total dan kemiringan diantara dua titik dalam lapisan tanah
dapat menyababkan gerakan air dalam tanah. Air bergarak dari tempat potensi
kelembaban tinggi ke tempat dengan kelembaban yang lebih rendah. Selanjutnya
air akan bergerak mengikuti lapisan lempeng formasi geologi sesuai dengan arah
kemiringan lapisan formasi geologi tersebut. Kelembaban tanah tidak selalu
mengakibatkan gerakan air dari tempat basah ke tempat kering. Kombinasi
grafitasi bumi (Z) dengan tekanan potensial (P) lazim disebut tinggi-energi
hidrolik(Asdak, ).
Metode
yang paling sering digunakan untuk pengukuran arah aliran air tanah yaitu
metode kartografi. Metode ini melibatkan kontruksi kontur-kontur air tanah
(atau permukaan piezometrik) dari pengamatan permukaan-permukaan air pada
jaringan sumur-sumur alami atau lubang-lubang pengeboran(Seyhan,1995).
Arah aliran airtanah untuk unconfined aquifer dapat
ditentukan dengan metode tree point problem (Todd, 1959).
Untuk itu diperlukan pengukuran elevasi muka freatik dari tiga sumur yang
diketahui posisinya secara tepat. Arah aliran airtanah selalu tegak lurus 90o
kontur airtanahnya dan mengalir dari kontur tinggi ke rendah. Peta atau gambar
yangberisi kontur dan arah aliran airtanah sering dikenal sebagai flownets. Cara
penentuan arah aliran airtanah dengan menggunakan tiga titik ditunjukkan pada
Gambar 2.21. Arah aliran airtanah dapat juga ditentukan melalui peta kontur
muka air tanah. Untuk membuat flonets ikutilah prosedur berikut ini :
Prosedur :
1. Siapkan peta muka airtanah, kemudian tentukan kontur interval yang akan
dibuat.
2. Membuat peta kontur airtanah dengan metode interpolasi
linier (seperti waktu anda membuat peta kontur muka bumi atau
mengkonstruksi Isohyet).
3.Setelah peta kontur airtanah siap, tentukanlah arah aliran airtanah
dengan cara menarik garis tegak lurus (90o) kontur airtanah. Ingat
bahwa arah aliran airtanah selalu menuju hydraulic head yang
lebih rendah.
4.Usahakan bujursangkar yang tergambar mempunyai bentuk dan luasan yang
relative sama
5.Tentukanlah daerah tangkapan (recharge) dan penurapan airtanah (discharge).
Peranan air tanah
bagi kehidupan, antara lain dapat digunakan untuk pemenuhan kebutuhan rumah
tangga/domestik, keperluan pertanian, dan keperluan industri.
1.
Keperluan rumah tangga/domestik
Pemanfaatan air tanah bagi kebutuhan domestik,
misalnya mencuci, minum, mandi atau sering kita sebut kebutuhan rumah tangga.
Kebutuhan air untuk rumah tangga hanya menggunakan sistem air tanah, karena
kemampuan pengambilan menggunakan cara penggalian sumur, atau bahkan hanya
menggunakan rembesan atau mata air.
2.
Keperluan pertanian
Pemanfaatan air tanah bagi kebutuhan pertanian
khususnya irigasi, sebagian dasar kebutuhan menggunakan air permukaan, yaitu
sungai dengan sistem irigasi.
3.
Keperluan industri
Pemanfaatan air tanah bagi kebutuhan industri dengan
jumlah lebih besar menggunakan air tanah dalam atau sering disebut artesis. Hal ini dikarenakan
pertimbangan antara cadangan air dan penggunaan dapat berlebih
cadangannya(Khotimah,2008:56).
D. KETERSEDIAAN
DAN HASIL AMAN AIR TANAH
III. ALAT
DAN BAHAN
A. MENGETAHUI
DEBIT SUNGAI MENGGUNAKAN METODE APUNG
a. Pelampung
(botol/bambu)
b. Roll
meter (panjang lintasan/jarak yang dilintasi pelampung
c. Stopwatch
untuk mengukur waktu tempuh
d. Yallon
untuk menentukan titik lintasan
B. MENENTUKAN LETAK INTERFACE AKUIFER PESISIR
a. Buku
catatan
b. Bolpoint
c. Kalkulator
d. Data
mengenai permeabilitas, gradien hidrolik, dan luas area suatu daerah
C. MEMPREDIKSI
ARAH ALIRAN AIR TANAH DENGAN METODE “THREE POINT PROBLEM”
a. Peta
persebaran sumur gali.
b. Alat
tulis(polpen, penghapus, pensil).
c. Kertas
atau buku
d. Penggaris
e. Kalkulator
D. KETERSEDIAAN
DAN HASIL AMAN AIR TANAH
IV. LANGKAH
KERJA
A. MENGETAHUI
DEBIT SUNGAI MENGGUNAKAN METODE APUNG
a. Siapkan
botol plastik air mineral bekas.
b. Isi
air kurang lebih sepertiganya.
c. Tandai
dua titik hulu dan hilir sejauh 10 m, 20 m, atau 50 m disesuaikan dengan besar
aliran.
d. Lempar
atau taruh botol beberapa meter di atas titik hulu, dan lepas.
e. Bila
saluran sempit (kurang dari 1 meter) cukup 1 sampel kali 3
f. Bila
saluran lebih lebar bisa diambil 2 atau 3 titik, tepi, tengah, tepi, masing-masing
3 x.
g. Tekan
stopwatch bila melewati titik pada hulu yang telah ditentukan hingga sampai ke
titik hilir.
h. Catat
waktu yang diperlukan, ulangi 3 x.
i.
Hitung rerata kecepataan alirannya (V),
yaitu panjang yang ditempung pelampung kali konstante hambatan (0,9) dibagi
waktu.
j.
Ukur lebar saluran (misal 1,2 m, atau
2,8 meter).
k. Ukur
kedalaman air (bila kedalaman tidak rata, ukur setiap bagian, bisa 3 bagian
tepi, tengah, dan tepi lalu dirata-rata).
m. Hitung
besar debit dengan rumus Q = V x A.
n. Catat
semua data dan hasil perhitungan.
B.
MENENTUKAN
LETAK INTERFACE AKUIFER PESISIR
a. Menyiapkan
alat dan bahan.
b. Melakukan
penghitungan debit air tanah
T = K x D
Dengan
T = transmisibilitas
K = permeabilitas (m/hari)
D = ketebalan akifer
Dengan I = kemiringan muka air
tanah
Q = T x I x L
Dengan Q = debit air tanah
L = lebar akuifer
C. MEMPREDIKSI
ARAH ALIRAN AIR TANAH DENGAN METODE “THREE POINT PROBLEM”
a. Melakukan
survey muka air tanah untuk mengetahui ketinggian muka air tanah(hydraulic
head) dengan cara melihat/ mengukur pada sumur gali.
b. Memetakan
lokasi sumur pada wilayah tersebut untuk mendistribusikan keruangannya disertai
legenda/informasi ketinggian muka air tanah.
c. Berdasarkan
peta, mencari titik dengan muka air tanah tertinggi, kemudian hubungkan dengan
titik terdekat.
d. Menantukan
beda tinggi headnya yaitu: ketinggian titik pertama dikurangi ketinggian titik
ke dua.
e. Menentukan
interval kontur air tanah yang akan digambar. Ketinggian titik yang dicari
dikurangi ketinggian titik ke dua.
f. Menetukan
titik plot kontur air tanah.
g. Menggambarkan
arah aliran air tanah memotong kontur yang telah dihasilkan.
D. KETERSEDIAAN
DAN HASIL AMAN AIR TANAH
V. HASIL
DAN PEMBAHASAN
A. MENGETAHUI
DEBIT SUNGAI MENGGUNAKAN METODE APUNG
Diketahui:
Lebar : 6,8 m
Panjang penggal : 10 m
Kedalaman : 13 cm
Tinggi penampang : 8,3 cm
Koordinat : 0426819 MT – 9112718 MU
Kecepatan :
I.
2,24 menit, menjadi 144 detik
II.
2,5 menit, menjadi 125 detik
III.
2,9
menit, menjadi 129 detik
IV.
2,8
menit, menjadi 128 detik
V.
1,48 menit, menjadi 108 detik
V = 

α =
=
= 0,63


Koefisien = 1 – (0,116 (1
))

= 1 – (0,116 (1
))

= 1 – (0,116 x
)

= 1 – (0,116 x 0,51)
= 0,9
V1 =
= 0,062 m/s

V2 =
= 0,072 m/s

V3 =
= 0,069 m/s

V4 =
= 0,070 m/s

V5 =
= 0,083 m/s

V rata-rata = 

= 

= 0,0713 m/s
A = lebar x kedalaman
= 6,8m x 13 cm (dikonversikan menjadi 0,13m)
= 0,884 m2
Q = V x A
= 0,0713 x 0,884
= 0,0630292 m3/s
Dari hasil pengamatan
dan penghitungan yang telah dilakukan terhadap sungai di dekat Pantai
Parangtritis diketahui bahwa Q pada aliran sungai tersebut adalah 0,0630292 m3/s.
Dengan nilai Q seperti pada hasil maka dapat diketahui bahwa aliran pada sungai
tersbut adalah sangat lambat. Keadaan tersebut sangat jelas terlihat pada
lokasi, tanpa dilakukan penghitungan kita juga dapat mengtahui bahwa aliran
pada sungai tersebut sangat lamban. Aliran yang sangat lamban tersebut
kemungkinan dikarenakan perbedaan ketinggian tempat pada sungai tersebut sangat
kecil. Kemudian pada kanan kiri sungai ditumbuhi banyak vegetasi yang sangat
mempengaruhi laju aliran sungai.
Pada sungai tersebut
memiliki material yang cukup halus yaitu berupa pasir dan sedikit lumpur. Akan
tetapi aliran sungai pada sungai tersebut sangatlah lamban. Aliran yang lamban
sendiri kemungkinan disebabkan oleh keberadaan vegetasi yang berada di sisi
kanan dan kiri sungai. Pada sisi kiri dan kanan sungai ditumbuhi banyak
semak-semak dan tumbuhan seperti pandan. Selain itu pada sungai tersebut
terdapat cukup banyak sampah yang terangkut oleh air sungai. Sampah-sampah
tersebut juga memiliki peran menghambat laju dari aliran pada sungai tersebut.
Keadaan air juga lumayan kotor, yang berarti air tersebut mengangkut material
yang cukup banyak. Dengan air yang mengangkut material yang cukup banyak maka
airpun mengalir dengan lambat. Air yang kotor itu disebabkan karena sungai
tersebut digunakan sebagai pembuangan akhir dari aktivitas pariwisata pada
daerah tersebut.
B. MENENTUKAN LETAK INTERFACE AKUIFER PESISIR
1. Sumur
1 (Penginapan)
Koordinat : 0426481 MT – 9113087 MU
Ketinggian : 15 mdpal
Kedalaman : 1,62 m
MAT :
13,38 mdpal
HS :
13,38 x 40 = 535,2
2. Sumur
2
Koordinat : 0426083 MT – 9113025 MU
Ketinggian : 10 mdpal
Kedalaman : 2,73 m
MAT :
7,27 mdpal
HS :
7,27 x 40 = 290,8
3. Sumur
3
Koordinat : 0426032 MT – 9113037 MU
Ketinggian : 10 mdpal
Kedalaman : 4,55 m
MAT :
5,45 mdpal
HS :
5,45 x 40 = 218
4. Sumur
4
Koordinat : 0425968 MT – 9113069 MU
Ketinggian : 12 mdpal
Kedalaman : 6,78 m
MAT :
5,22 mdpal
HS :
5,22 x 40 = 208,8
5. Sumur
5
Koordinat : 0425880 MT – 9113065 MU
Ketinggian : 8 mdpal
Kedalaman : 3,55 m
MAT :
4,45 mdpal
HS :
4,45 x 40 = 178
6. Sumur
6
Koordinat : 0425628 MT – 9112207 MU
Ketinggian : 7 mdpal
Kedalaman : 1,75 m
MAT :
5,25 mdpal
HS :
5,25 x 40 = 210
7. Sumur
7
Koordinat : 0425182 MT – 9113632 MU
Ketinggian : 4mdpal
Kedalaman : 0,6 m
MAT :
3,4 mdpal
HS :
3,4 x 40 = 136
8. Sumur
8
Koordinat : 0425260 MT – 9113540 MU
Ketinggian : 4 mdpal
Kedalaman : 0,8 m
MAT :
3,2 mdpal
HS :
3,2 x 40 = 128
9. Sumur
9
Koordinat : 0425309 MT – 9113476 MU
Ketinggian : 9 mdpal
Kedalaman : 1,2 m
MAT :
7,8 mdpal
HS :
7,8 x 40 = 312
10. Sumur
10
Koordinat : 0425582 MT – 9113462 MU
Ketinggian : 26 mdpal
Kedalaman : 0,8 m
MAT :
25,2 mdpal
HS :
25,2 x 40 = 1.008
11. Sumur
11
Koordinat : 0425951 MT – 9113315 MU
Ketinggian : 3,36 mdpal
Kedalaman : 20 m
MAT :
16,64 mdpal
HS :
16,64 x 40 = 665,6
12. Sumur
12
Koordinat : 0426023 MT – 9113258 MU
Ketinggian : 12 mdpal
Kedalaman : 1,88 m
MAT :
10,12 mdpal
HS :
10,12 x 40 = 404,8
C. MEMPREDIKSI
ARAH ALIRAN AIR TANAH DENGAN METODE “THREE POINT PROBLEM”
D. KETERSEDIAAN
DAN HASIL AMAN AIR TANAH
VI. KESIMPULAN
1.
2.
3.
4.
DAFTAR PUSTAKA
Asdak,
Chay. 2010. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Yogyakarta: UGM
Press.
Khotimah,
Nurul. 2008. Diktat Mata Kuliah Hidrologi.
Yogyakarta: UNY.
Seyhan, Ersin. 1995. Dasar-Dasar Hidrologi.
Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada Press
Todd, D,K. 1959.
Grounwater Hydrology. Associate Professor of Civil Enginering California
University. John Wiley & Sons. New York (dalam Sudaryo Broto dan Rohima
Sera Afifah) http://eprints.undip.ac.id/1609/1/SUDARYO_BROTO_dan_Rohima.pdf
Komentar
Posting Komentar