PENGARUH FUNGI TERHADAP PERKEMBANGAN TANAH
Abstrak
Jamur atau kingdom
fungi secara morfologi menyerupai tumbuhan. Meskipun demikian jamur tidak
termasuk tumbuhan karena tidak memiliki klorofil sehingga tidak dapat melakukan
fotosintesis. Merupakan organisme eukariota uniselular atau multiselular. Tubuh
jamur disusun oleh hifa yang saling bergabung membentuk miselium. Merupakan
organisme heterotrof, kebanyakan hidup sebagai saprofit, sedangkan sisanya
merupakan parasit. Jamur berkembang biak secara seksual dan aseksual. Alat
perkembangbiakan berupa spora. Terdapat lima divisi jamur yaitu
Chytridiomicota, Zigomycota, Ascomycota, Basidiomycota, dan Deuteromycota.
Jamur merupakan salah satu jenis mikrobiologi yang memiliki peran penting dalam
perkembangan tanah, sebagai pengurai, memperbaiki struktur tanah, dengan
membentuk agregat tanah yang stabil melalui jaringan hifa eksternal yang
dihasilkannya. Salah satu jenis fungi yang sangat berpengaruh untuk membantu
perkembangan tanah adalah Jamur Mikoriza Arbuskula (JMA).
Kata kunci: fungi, tanah, Jamur
Mikoriza Arbuskula (JMA)
Pendahuluan
Kehidupan
dalam tanah dapat dibagi menjadi dua golongan yang berbeda yaitu: (1) organisme
yang memberi persediaan bahan organik, (2) organisme yang terutama merombak
bahan tersebut. Fungi atau jamur merupakan salah satu jenis organisme tanah
yang termasuk jenis flora, dan masuk dalam golongan perombak dalam tanah.
Organisme ini memiliki peran penting dalam peristiwa biologi yang terjadi dalam
tanah. Pengaruh fungi dalam tanah yaitu untuk menguraikan sisa-sisa tumbuhan
dan organisme lain menjadi humus. Salah satu jenis fungi yang memiliki pengaruh
penting dalam tanah adalah Jamur Mikoriza Arbuskula (JMA). Jamur Mikoriza
memiliki peran dalam memperbaiki struktur tanah, dengan membentuk agregat tanah
yang stabil melalui jaringan hifa eksternal yang dihasilkannya.
Tinjauan
Pustaka
Fungi
merupakan organisme mikro tanah yang berupa filamen atau hifa. Karena banyaknya
spesies dan genus dari fungi, maka sampai sekarang belu dapat diketahui jumlah
genusnya. Namun demikian keanekaragaman spesies fungi yang berfilamen tak
disangsikan lagi. Fungi meliputi banyak spesies yang tak mempunyai fase
seksualitas mereka menghasilkan spora. Beberapa spesies menghasilkan spora
dalam ascospora, zoospora yang bergerak. Karena banyaknya komunitas fungi yang
berbeda-beda dan jumlah yang berbeda sangat besar, sehingga sulit ditemukan.
Fungi
di dalam tanah adalah sebagai dekomposer bahan-bahan organik yang sangat
penting terutama dalam menguraikan senyawa-senyawa yang sukar terurai dan yang
tidak segera digunakan oleh bakteri. Organisme berfilamen menguraikan
senyawa-senyawa nitrogen kompleks yang berlimpah dalam tanah, dan mengubahnya
menjadi ammonium, yang merupakan proses yang sangat berarti bagi tumbuhan
tingkat tinggi, yang menghendaki bentuk-bentuk nitrogen organik. Fungi juga
penting memecah cellulose dan beberapa hemicellulose yang menjadi komponen
penyusun tumbuhan tingkat tinggi dan banyak terdapat di tanah. Fungi adalah
organisme yang banyak terdapat pada daerah yang aerasinya baik dalam
menguraikan lignin, suatu komponen yang penting dari tumbuhan dan menambah
kuatnya jaringan kayu. Fungi juga penting dalam menghancurkan dan membentuk
humus, serta fraksi organik asli dalam tanah. Organisme yang berfilamen ini
mampu mengikat partikel tanah, dari partikel kecil menjadi besar, memperbaiki
aerasi tanah dan gerakan air. Agregat-agregat tanah ini membantu sekali bagi
kemudahan pertumbuhan akar-akar tanaman dan perluasannya melalui
partikel-partikel tanah(Yulipriyanto,2010:100-101).
Cendawan
atau fungi dapat dibagi menjadi tiga golongan besar sebagai berikut: (1) ragi,
(2) jamur benang, dan (3) jamur payung. Dari tiga ini hanya dua yang tersebut
terakhir yang penting di tanah karena ragi dalam jumlah sangat terbatas di
bawah kondisi alami.
Jamur
benang adalah golongan fungi yang berfilamen, mikroskopis atau semimakrokopis.
Dalam tanah berperan penting sama dengan pengaruh bakteri. Jamur benang
berperan dalam aerasi tanah, jumlah, dan aktivitas mereka berkurang jika
sirkulasi udara terhambat. Jamur benang akan berkembang hebat di tanah–tanah
asam, netral atau alkali, namun beberapa di antaranya lebih sesuai pada situasi
pH rendah. Jamur benang terdapat di seluruh horizon profil tanah, tentu saja
yang terbesar di lapisan permukaan tempat bahan organik tersedia dan aerasi
baik. Empat jenis genera yang paling terkenal adalah penisilium, mukor,
trikhoderma, dan aspergilus (Sartohadi dkk, 2014:93).
Pembahasan
Dari
sekian banyak genus dan species cendawan (fungi) dalam tanah yang paling umum yaitu
Zigorhinchus, Mucor, Rhizopus, Penicillium, Aspergillus, Trichoderma, Fusarium,
dan Cladosporium. Namun kalau diperhatikan dari sistem golongannya, di dalam
tanah terdapat 56 species cendawan yang termasuk 11 genus dari Phicomicetes, 12
species termasuk 8 genus dari Ascomicetes, 197 species termasuk 62 genus dari
cendawan imperfekti, di luar dari itu masih banyak lagi yang terdapat di dalam
tanah atau lingkungan sekitar kita.
Hubungannya
pada bahan-bahan organik dapat diteliti, bahwa populasi cendawan itu dapat
meliputi 7 golongan, yaitu:
a. Bentuk-bentuk
humicolous, yang hidup dan berkembang pada humus atau bahan-bahan organik yang
hampir menjadi humus.
b. Bentu-bentuk
terrestrial yang tumbuh dan berkembang dalam tanah yang berkandungan banyak
atau sedikit bahan-bahan organik.
c. Bentuk-bentuk
coprophilic hidup dan berkembang dalam onggokan rabuk.
d. Bentuk-bentuk
hypogeous yang hidup dan berkembang di bawah permukaan tanah.
e. Bentuk-bentuk
lignicolous, hidup dan berkembang pada bahan-bahan tanaman baru.
f. Bentuk-bentuk
pseudoparasitic yang merupakan parasit-parasit pada pelukan, mycorthiza,
parasit facultatic.
g. Bentuk-bentuk
parasit sejati.
Dari
segi ekologi, kita dapat mengenal beberapa golongan cendawan spesifik tertentu,
bergantung pada keadaan dan sifat substrat atau nutrisinya di dalam substrat
yang sesuai untuk perkembangannya. Berdasarkan segi pandangan ini dikenal:
a. Cendawan
gula, terdiri dari sebagian besar phycomicetes.
b. Cendawan
pelapuk selulusa, terdiri dari berbagai ascomicetes dan cendawan imperfekti.
c. Cendawan
pelapuk lignin.
d. Cendawan
humus.
e. Cendawan
parasit penghuni tanah.
f. Cendawan
penghuni akar-akar tanaman.
g. Cendawan
coprophthilous.
h. Cendawan
predaceolus.
Cendawan
tingkat lebih tinggi dapat dibedakan dalam 2 golongan yang umum yaitu:
a. Cendawan
calcofilic, meliputi amanita ovoidea, lepiota granulosa, clitocibe geotropa,
tricholoma album, russula maculata, cortinarius fulgens, boletus satanas,
clavaria flava, dan licuperdion caelatum.
b. Cendawan
calcofugic, meliputi amanita virosa, lepicta preceum, clitocibe clavipes,
pactarius turpis, rusula amoena, cortanirius mucosus dan boletus bovinus.
Cendawan
pelapuk selulusa.
Penambahan
selulusa ke dalam tanah ternyata membantu pengembangan cendawan lebih luas,
kebanyakan daripadanya mempunyai kemampuan yang sangat kuat untuk melapukkan
selulusa. Termasuk ke dalam golongan jamur ini beberapa spesies dari:
penicillium, aspergilus, tricoderma, sporotricum, fusarium, dan beberapa bentuk
lainnya. MC Beth menegmukakan penemuannya bahwa cendawan tersebut memaninkan
peran yang penting dalam sebagian pelapukan selulusa terutama dalam tanah-tanah
humus, sedangkan dalam tanah-tanah kering kurang berarti.
Cendawan
mikoriza
Cendawan
ini bersama kelompoknya merupakan suatu golongan organisme khusus, berkemampuan
menyerang organ-organ tanaman di bawah tanah, hidup bertahan dengan unsur-unsur
organiknya. Namun, walaupun adanya kenyataan ini bagaimanapun juga sel-sel
tanaman akan pulih kembali dan pada gilirannya akan mempersingkat miselium
cendawa.
Micoriza dibagi
dalam 2 golongan yaitu:
a. Ectotrophic
micoriza: dalam bentuk ini cendawan-cendawan menghasilkan invesmen eksternal
pada akar dalam bentuk suatu puncak (mahkota), tanpa penetrasi ke dalam sel-sel
terdapat suatu pengembangan intercellular yang ekstensif di antara sel-sel
cortis pada akar-akar, terutama merupakan karakteristik tumbuh-tumbuhan hutan.
b. Endotrophic
micoriza: dalam bentuk ini mahkota cendawan melakukan penetrasi ke bagian yang
lebih dalam dari akar, ke dalam lapisan-lapisan kar tertentu, dan ke dalam
sel-sel, dan hanya sedikit hubungannya dengan miselium dalam tanah.
Salah
satu jenis fungi mikoriza adalah Jamur Mikoriza Arbuskular (FMA). Fungi ini
mampu meningkatkan kesuburan tanah dan memperbaiki karakteristik tanah, serta
tetap menjaga keseimbangan lingkungan maka dapat dengan penggunaan. FMA bersimbiosis
mutualisme dengan akar tanaman membentuk hifa-hifa eksternal sehingga mampu
mengambil hara P yang terfiksasi menjadi unsur yang tersedia bagi tanaman
(Setiadi 1999, dalam Nurmasyitah dkk, 2013).
FMA
dapat menjadi perantara pada penyerapan dan penyediaan hara. Perkembangan FMA dipengaruhi oleh kepekaan
tanaman inang terhadap infeksi, intensitas cahaya, temperatur, kadar air tanah,
pH tanah, bahan organik, residu akar, ketersiediaan hara, logam berat dan
fungisida. Fungi pada umumnya lebih tahan terhadap perubahan pH tanah. Meskipun
demikian, daya adaptasi masing-masing spesies FMA terhadap pH tanah
berbeda-beda, karena pH tanah mempengaruhi perkecambahan, perkembangan dan
peran mikoriza terhadap pertumbuhan tanaman (Gaol 2008 dalam Ristiyanti dkk,
2014).
Kesimpulan
Di dalam tanah terdapat berbagai
organisme yang sangat membantu dalam proses perkembangan tanah, salah satu
jenis organisme itu adalah jamur/fungi/cendawan. Ada berbagai jenis jamur yang
dapat berkembang dalam tanah, salah satunya adalah Jamur Mikoriza Arbuskula (JMA). Fungi atau jamur
merupakan salah satu jenis organisme tanah yang termasuk jenis flora, dan masuk
dalam golongan perombak dalam tanah. Organisme ini memiliki peran penting dalam
peristiwa biologi yang terjadi dalam tanah. Pengaruh fungi dalam tanah yaitu
untuk menguraikan sisa-sisa tumbuhan dan organisme lain menjadi humus.
Daftar
Pustaka
Yulipriyanto,
Hieronymus. 2010. Biologi Tanah Strategi
Pengelolaannya. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Sartohadi, Junun dkk. 2014. Pengantar Geografi Tanah. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Nurmasyitah
dkk. 2013. Vol. 17 No. 3. Pengaruh Jenis Tanah Dan Dosis Fungi Mikoriza Arbuskular Pada Tanaman
Kedelai Terhadap Sifat Kimia Tanah. Banda Aceh: Jurnal Agrista.
Diakses dari: http://jurnal.unsyiah.ac.id/agrista/article/download/1495/1391
pada 28 Apri 2015, pukul 8:39.
Ristiyanti dkk. 2014. Volume 2, Nomor 2. Pengaruh Beberapa Spesies Fungi Mikoriza Arbuskular Pada Media Tanah
Dengan Ph Berbeda Terhadap Pertumbuhan Semai Kemiri. Sulawesi Tengah: Warta
Rimba.
Diakses dari:
http://jurnal.untad.ac.id/jurnal/index.php/WartaRimba/article/view/3623/2625 pada 28 April
2015 pukul 8:35.
Komentar
Posting Komentar